Monday, July 23, 2012

ETNOGRAFI CALON PENUMPANG DI HALTE BUS

Saya sedang menunggu bus di halte tempat biasanya saya menanti bus yang biasa saya naiki. Kebetulan bus yang saya naiki, saya harus cukup lama menunggu, karena mungkin jumlah armadanya tidak terlalu banyak tetapi alur perputaran busnya memang jauh dari ujung dunia Jogja bagian barat ke ujung dunia Jogja bagian timur. Mungkin terlalu hiperbola tetapi kenyataanya memang begitu dari ujung Godean hingga terminal Giwangan. Dengan begitu waktu saya cukup banyak untuk memperhatikan sekeliling saya, baik itu memperhatikan sesama calon penumpang bus maupun orang-orang yang berada di sekitar halte.

Untuk mengurangi rasa bosan dalam menunggu bus dengan memperhatikan sekitar dapat memberikan kesegaran tersendiri serta banyak hal yang bisa kita dapatkan dan pelajari. Sebenarnya tempat pemberhentian bus ini tidak resmi jadi tidak ada tempat duduk untuk menunggu bus. Saya dan beberapa penumpang berdiri menunggu bus masing-masing sesuai dengan tempat tujuan mereka. Jika di pagi hari sekitar jam enam sampai jam setengah delapan, banyak sekali anak-anak berseragam sekolah baik SD,SMP, ataupun SMA. Setiap ada bus datang pasti banyak diserbu, mereka kadang kurang memandang keselamatan diri mereka, mereka tidak peduli bus penuh sesak hingga mereka harus bergelantungan di luar bus. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana mereka bisa sampai di sekolah masing-masing secepatnya, terutama bila bus tersebut seperti yang saya naiki karena menunggunya sangat lama, dulu saya waktu masih duduk di bangku sekolah juga begitu tak peduli sesaknya bus asal bisa sampai di sekolah secepatnya tidak masalah, lagi pula kenek selalu menyuruh para wanita agar masuk ke dalam bus dan membiarkan para laki-laki untuk bergelantungan hingga di luar pintu bus. Selain para pelajar yang menunggu bus, juga tak sedikit guru yang terlihat dari pakaian seragamnya juga barang bawaannya seperti banyak buku yang dibawa mungkin buku-buku acuan yang akan dipakainya saat mengajar. Tapi hanya saja etika para pelajar kurang baik, kebanyakan dari mereka lebih mementingkan diri sendiri, terlihat mereka tidak mendahulukan orang yang lebih tua.

Menjelang jam orang kantor masuk sekitar jam setengah delapan hingga jam delapan lebih, kebanyakan calon menumpang yang berdiri menunggu bus adalah orang-orang kantoran yang tersurat melalui pakaiannya terutama bila wanita memakai blouse, dan pria memakai kemeja serta mereka mengenakan pakaiannya sangat rapi mungkin untuk menunjang karir mereka agar lebih maju lagi.

Jam sembilan hingga sebelum jam sebelas calon penumpang cenderung sepi karena merupakan jam sibuk bagi pelajar maupun kantoran, halte bus cenderung sepi juga, jadi saya bisa leluasa saat masuk ke dalam bus dan tak perlu berdesakan jika saya menunggu bus saat jam-jam ini.

Mulai ramai kembali jam pulang sekolah hingga pulang kantor sekitar jam dua belas sampai jam enam petang, apa lagi khusus untuk bus-bus tertentu jam lima sore adalah jam terakhir mereka beroperasi, maka justru di jam-jam terkhir bus-bus beroperasi akan banyak penumpangnya dan banyak juga yang menunggu di berbagai halte.

Aktivitas di halte juga bervariasi, ada yang mengeluh kepanasan jika siang hari, mengeluh capai karena menunggu bus terlalu lama. Ada juga yang cuek duduk di trotoar sepertinya dia seorang mahasiswi yang ditanggannya beberapa membawa buku lumayan tebal, mahasiswi itu mengesampingkan gengsi dan malunya untuk melepas lelah karena capai berdiri apa lagi dengan bawaannya yang terlihat lumayan berat. Seorang wanita setengah baya tampak mendekati saya dan bertanya tentang jalur bus tertentu karena saya memang setiap hari bergelut dengan bus dan saya mengetahui sebagian besar jalur-jalur bus maka saya bisa menjawab. Kadang saya juga bertemu dengan orang yang tidak tahu sama sekali tentang jalur bus di jogja tetapi saya heran mengapa orang tersebut berani dan tidak takut akan tersesat nantinya, sepertinya orang tersebut hanya bermodal berani dan tidak malu bertanya. Padahal saya saja yang orang Jogja asli jika belum pasti tahu jalur tertentu itu berjalan kemana saja, saya tidak berani untuk menaikinya. Terkadang juga orang dari luar Jogja maupun turis hanya berbekal peta saja. Percakapan di halte kadang tidak hanya sampai di situ jika dua orang yang bercakap-cakap tersebut menunggu bus yang sama dan kebetulan mendapat kursi yang sama pasti percakapannya akan berlanjut. Selain itu isi percakapan yang ada di halte juga bermacam-macam tergantung personal dan latar belakang diri masing-masing, ada yang membicarakan masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lain. Kadang ingin rasanya bergabung atau meluruskan pembicaraan tersebut jika saya rasa hal itu salah, atau pun juga saya ingin tertawa jika isi percakapan tersebut memang lucu.

Dan saya asyik memperhatikan sekitar yang memang sangat menyenangkan untuk dinikmati meski rasanya sepele.

Cultural Behavior : aktivitas di halte bus
Cultural Artifacts : buku, bus, peta
Cultural Knowledge : jika berpergian jangan malu untuk bertanya dan bawalah peta jika perlu ataupun jika berasal dari luar Jogja dan belum tahu apa pun mengenai Jogja dan disertai dengan jalur-jalur bus. Ada waktu-waktu tertentu bagi orang-orang yang sering bepergian mengunakan bus saat ramai, senggang, serta waktu kapan bus terakhir beroperasi. Jalur-jalur bus tergantung tempat tujuan yang dikehendaki. Sedikit orang yang mau duduk di pinggir jalan dengan mengesampingkan rasa malu dan gengsinya karena sudah lelah. Kebanyakan meski lelah tidak banyak yang mau duduk-duduk di penggir jalan atau trotoar. Meskipun bukan halte resmi tetapi para calon penumpang bus tetap memberhentikan bus di mana saja sesuka mereka. Ada penghargaan terhadap wanita. Bus merupakan salah satu alat transportasi semua kalangan dan dari berbagai macam latar belakang.



No comments: