Thursday, August 2, 2012

PASAR MALAM MBAH DEMANG

Pasar malam ini seperti halnya pasar malam pada umumnya yang disana terdapat berbagai atraksi permainan juga banyak pedagang yang berjualan di sekitarnya yang menjajakkan makanan ataupun barang-barang. Bisa dibilang sebagai sekaten tapi dalam volume yang kecil, selain itu latar belakang terciptanya pasar malam ini tentu saja berbeda. Hal yang paling mencolok dari dagangan yang yang dijual adalah kerajinan tanah liat yang dibentuk menjadi piranti masak-memasak hanya saja dibuat mini biasanya anak-anak yang banyak membelinya untuk bermain ‘pasaran’ atau bermain berpura-pura memasak dengan piranti yang nyata.

Sejarah terciptanya pasar malam ini pada saat pemerintahan Belanda ada suatu struktur pemerintahan dengan sebutan Demang. Salah seorang yang menjabat sebagai Demang saat itu mempunyai sebuah sumur yang berada di dekat rumahnya yang berada di daerah yang sekarang bernama Nogotirto. Beliau mempunyai sebuah sumur, karena sangat dermawannya Demang tersebut memperbolehkan siapa saja yang ingin mengambil air di sumurnya. Semakin banyak ia menolong masyarakat sekitar untuk mendermakan air sumurnya semakin air sumur itu tidak ada habis-habisnya sepertinya tidak kering-kering bahkan di musim kemarau air sumur itu tidak kering masih seperti biasanya ( Banyak orang yang menghubungkan nama Nogotirto dengan sumur Mbah Demang. Nogotirto berasal dari kata Nogo yang berarti naga dan tirto yang berarti air hal itu diibaratkan sumur yang airnya terus mengalir seperti naga. Namun hal itu disanggah oleh anak Mbah Demang yang dulu juga pernah menjabat sebagai kepala Dusun Kwarasan tidak jauh dari wilayah Nogotirto). Hal itu membuat sumur tersebut terkenal di penjuru wilayah sehingga membuat banyak orang yang datang sekedar mencuci tangan, kaki atau meminumnya. Semakin banyak orang ke rumah tersebut maka dibuatlah sebuah pengajian yang di sana sebagai media untuk berdakwah agama Islam juga diisi dengan puji-pujian berbahasa jawa kepada Allah salah satu tujuannya agar air yang diambil dapat bermanfaat lebih-lebih jika diminum, karena banyak yang menuahkan air itu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Semakin berjalannya waktu diadakanlah sebuah prosesi tiap tahunnya pada bulan Muharam atau di tanggalan Jawa bulan Suro yang sebenarnya untuk memperingati tahun baru Islam yang jatuh pada tanggal 1 Muharam atau 1 Sura. Dan puncaknya pada tanggal 9 Muharam, dan prosesinya dengan diambil air oleh mbah Demang dan disimpan di sebuah tempat tertentu dan selepas tengah malam air itu diambil oleh mbah Demang. Selama mengenapkan air itu dibacakan doa-doa dan puji-pujian agar air tersebut mendapat berkah dari Allah. Biasaanya setelah prosesi tersebut orang banyak mengambil air yang diangapnya berkah tersebut.

Meski sekarang Mbah Demang telah meninggal tetapi budaya itu tetap dilestarikan hanya saja bukan dengan prosesi yang dulu dilakukan karena sumurnya sudah tidak ada lagi, sekarang telah digantikan dengan terciptanya pasar malam yang digelar di sepanjang jalan Godean di daerah Nogotirto.

Dilihat dari tradisi yang turun temurun ini memuat teori fungsional yang mengutamakan solidaritas masyarakat, terlihat dari perkumpulan orang yang melakukan pengajian setiap mengunjungi rumah Mbah Demang, juga dari terbentuknya pasar malam yang otomatis membangkitkan laju ekonomi di daerah tersebut ditambah lagi sekarang di daerah itu telah dibangun pasar Tlagareja jadi makin mendongkrak bidang ekonominya. Setiap tahun jalan Godean di sekitar Pasar Tlagareja selalu ramai dipenuhi orang yang menjajakan barang dagangannya, sekaligus mengenang Mbah Memang yang sangat murah hati dan sangat membantu masyarakat di sekitarnya.

No comments: